Mentari, bolehkah aku sejenak berbicara padamu? Engkau itu sama seperti diriku, diciptakan oleh Dia Sang Pemilik Alam Semesta. Tapi kita berbeda, meski kita sama diciptakan. Setiap hari engkau tak pernah lelah memberi, sinar berjuta guna darimu selalu kau pancarkan. Sedang aku, kadang di kala pagi sudah mengeluh, jangankan untuk berbagi, mengurus diri aku kadang merasa sungkan. Tapi kita berbeda, meski kita sama diciptakan. Engkau selalu bersinar indah di pagi hari, dinanti milyaran orang, bahkan jutaan lainnya menantimu dari puncak-puncak terindah di belahan dunia. Sedang aku, di pagi pun seringkali melangkah tanpa senyum, tanpa sapa, dan tanpa kesyukuran. Tapi kita berbeda, meski kita sama diciptakan. Tak hanya pagimu yang indah, akhir harimu pun juga sangat indah. Di antara lelahmu, masih engkau hadirkan sinar kuning keemasan yang dinikmati milyaran orang dan jutaan orang di tepian pantai. Sedang aku, hanya wajah letih, kuyu, dan langkah gontai yang terhias di diri.
Rusaknya suatu pendapat karena ke'ragu-ragu'an