Waktu terasa semakin berlalu
Tinggalkan cerita tentang kita
Akan tiada lagi kini tawamu
‘tuk hapuskan semua sepi di hati
Ada cerita tentang aku dan dia
Dan kita bersama saat dulu kala
Ada cerita tentang masa yang indah
Saat kita berduka saat kita tertawa
Teringat di saat kita tertawa bersama
Ceritakan semua tentang kita
Ada cerita tentang aku dan dia
Dan kita bersama saat dulu kala
Ada cerita tentang masa yang indah
Saat kita berduka saat kita tertawa
(Semua tentang Kita-Peterpan)
Rasanya baru kemarin saja aku
mengenakan nametag bergambar Piramida
Mesir dan Spink yang menandakan bahwa aku mahasiswa baru (maba) program studi
kebanggaanku, Arab. Meski ketiga ospek di kampusku terdiri dari tiga tahap,
yaitu tingkat universitas, fakultas, dan jurusan, tetap ospek jurusanlah yang meninggalkan kesan mendalam selama menjadi
maba, karena dari situlah kekeluargaan dari kami
terlahir. Sayangnya, semua itu berlalu dengan cepat, dan
kami ditakdirkan untuk berpisah setelah lulus nanti.
Tepat hari ini (Selasa, 7 Januari 2014), dua dari sekian banyak temanku di jurusan lulus menjadi S. Hum
dan resmi tidak bersama-sama kami lagi di semester delapan nanti. Tiga hari ke
depan, keempat temanku (lagi) juga akan melangsungkan sidang skripsi sesuai
bidang masing-masing, baik sastra, linguistik, maupun latar belakang. Tak
kupingkiri kami pasti senang dengan perjuangan mereka yang sedikit lebih berani
dari kami untuk mengambil skripsi lebih awal. Lulus
3,5 tahun adalah hal yang wajar, sehingga banyak dari kami memilihnya untuk
meniti karir lebih cepat dari teman-temannya yang memilih belajar selama empat tahun di kampus
kebanggaan. Tidak harus
menempuh skripsi jika ingin memakai toga Februari nanti, cukup
hanya dengan membuat jurnal, kami bisa lulus seperti para mahasiswa lain. Karena
itulah, sekitar 20 anak lulus lebih awal dan
melangkah sedikit lebih cepat dari kami.
Kami semua kehilangan. Kehilangan kalian yang
selalu meramaikan warna warni kehidupan keluarga kita. Namun, walaupun tidak
ada yang lulus lebih cepat pun, di semester 8 nanti kami harus berjalan
sendiri-sendiri. Tidak akan ada lagi canda tawa di kelas, belajar bareng
sebelum ujian, panik bersama karena dikejar tugas, diskusi, duduk bersama
membicarakan banyak hal, dsb. Semua itu akan berganti kehidupan individualis. Semua
fokus dengan skripsi atau jurnal masing-masing dan mengejar kekurangan SKS agar
bisa segera lulus seperti yang lain.
Tapi itulah kehidupan, semua harus berjalan.
Jika harus mengingat awal mula kita membangun keluarga, sedih rasanya jika
harus berpisah. Kami yang sudah akrab dan dekat akhirnya harus dipisahkan oleh
waktu untuk mengejar mimpi demi cerahnya masa depan. Semua bermula dari ta’arruf.
Mulai dari ta’arruf, begitu sebutan ospek di jurusanku,
kekeluargaan mulai terjalin. Semua maba wajib berkenalan dengan teman-teman satu
angkatan dan kakak senior. Entah alibi atau apa, kebanyakan dari kami
berkenalan hanya demi mendapatkan tanda tangan dari senior demi tercapainya
target dari tugas yang diberikan oleh senior tanpa mengingat namanya satu
persatu. Sulit rasanya jika harus menghafal nama-nama senior dalam waktu yang
singkat, alhasil hanya biodata dan tanda tangan mereka yang tertera di yellow
book (hehe). Misi kami saat itu yang penting target mendapatkan tanda
tangan senior tanpa peduli paham nama satu
demi satu dari mereka.
Untungnya, di
jurusanku banyak saja kesempatan untuk berkumpul bersama dari semua angkatan,
baik di organisasi, kepanitiaan, atau hanya sekedar ngobrol dan makan bersama.
Dari situlah keakraban dan mengenal satu sama lain antar anak dan angkatan
terjalin. Rasa kekeluargaan selalu bertambah saat kami, satu angkatan harus
berkecimpung dalam satu kepanitiaan yang melibatkan semua anak dalam satu
angkatan. Diawali dari menjadi panitia ta’arruf untuk maba 2011 kami menjadi paham apa itu
kerja sama, kerja keras, dan tentunya keluarga. Kepanitiaan dan organisasi berlanjut
hingga ke Festival Budaya, Festival Timur Tengah, IKABA, dan lain-lain yang
dari tahun ke tahun tradisi di jurusan kami setiap angkatan diwajibkan menjadi
penanggung jawab dan panitia inti dan bertanggung jawab atas semuanya. Tentu
saja kepanitiaan tersebut melibatkan banyak anak dan harus memilih siapa saja
yang pas untuk menempati penanggung jawab dari masing-masing divisi. Beruntung
kami sudah mengenal sifat dan karakter masing-masing, sehingga tidak sulit
memilih orang yang tepat.
Mungkin di
kepanitiaan dan organiasi tidaklah cukup. Akhirnya kami satu angkatan
mengadakan liburan (rihlah) bersama ke pulau Sumatera, tepatnya Lampung dan
Palembang selama delapan hari. Kenangan berhari-hari bersama mereka masih
teringat olehku hingga saat ini. Suka duka dalam perjalanan tak ada yang hilang
dari ingatanku mulai dari indahnya tempat-tempat wisata, keseruan di dalam bus,
hingga kekecewaan kami di salah satu hotel tempat kami menginap. Meski kecewa,
kami melewatinya dengan canda tawa. Kecewa itu kami tutupi dengan rasa bahagia
karena bisa berkumpul bersama keluarga dalam waktu yang cukup lama.
Tak cukup dan
kurang dengan perjalanan setahun yang lalu (2012), kami pun melakukan
perjalanan kembali. Akhir Desember kemarin (2013) kami baru saja pulang dari
Sukabumi tempat kami melakukan penelitian dalam rangka Kuliah Kerja Lapangan
mata kuliah Islamologi. Di sana kami meneliti satu pondok pesantren dan
masyarakat di sekitarnya yang temanya berkaitan dengan mata kuliah Islamologi.
Menginap di villa dan harus bolak balik ke ponpes atau ke desa-desa adalah hal
yang menyenangkan bagi kami. Tujuh hari kami di sana. Empat hari untuk
penelitian dan penyusunan laporan, dan tiga hari untuk jalan-jalan dan finishing laporan. Semua hal yang kami lakukan di sana
menyisakan kenangan indah. Rutinitas harian, seperti shalat berjamaah, antri
mandi, makan bersama, rapat pleno, main kartu Uno, PES, bercanda, dan lain
sebagainya tak akan kami temukan lagi.
Awal mula dari
dimulainya KKL itu kami sudah tahu bahwa KKL sekaligus liburan ini adalah
kesempatan terakhir kami untuk berkumpul bersama, sehingga kami memanfaatkan
moment untuk bersama dengan sebaik-baiknya. Semua itu sangat terasa saat di
malam terakhir kami berkumpul diisi dengan pemutaran video perjalanan kami dari
maba hingga KKL. Tidak ada yang menampakkan muka ceria saat itu. Semua wajah
terlihat murung bahkan tak sedikit yang menitikkan air mata. Suasana lebih seru
saat pemutaran video dilanjutkan dengan penyampaian pesan dan kesan selama
berada belajar di Sastra Arab. Canda, tangis, dan tawa yang mengiringi obrolan kami
itu berlangsung hingga pukul 2 dini hari. Cita-cita, cinta, hal yang
mengganjal, dan apa pun semua kami bahas secara berganti. Ucapan Aamiin kami serukan dengan sungguh-sungguh agar apa
yang teman-teman kami citakan tercapai. Semua merasa bersyukur ditakdirkan
menyatu dalam lingkaran keluarga Sastra Arab 2010 yang di dalamnya banyak
orang-orang hebat dan menginspirasi.
Ucapan “terima
kasih dan maaf” menjadi puncak perpisahan kami saat itu, siang hari sebelum
kami pulang ke Depok selesai dari penelitian. Peluk cium dan tangis menjadi
akhir dari masa kita untuk bersama. Mengenalmu adalah anugerah. Entah akan
kutemukan kembali atau tidak sosok-sosok unik seperti kalian. Kalian. Kalian
yang selalu menginspirasiku dalam meniti setiap langkah kehidupan. Meski kita
tak lagi bersama, tapi percayalah kesempatan akan selalu ada untuk kita. Kita,
manusia hebat. Terima kasih Arab 2010. I love you all.
Semua tentangmu selalu membekas di memori ini
Cerita cita dan cinta kita
Semua kenangan tak mungkin hilang
Tak kan mungkin kubiarkan cerita kita berakhir
Janganlah kau lepaskan ikatan tali cinta yang telah kita
buat selama ini
Komentar
Posting Komentar