Ketika cinta bersaksi atas dua insan yang saling membangun cinta, beragam warna dan cerita menghiasi lembar hidup keduanya.
Saat hari pertama aku bersamanya, dia genggam erat jemariku, dia tatap lekat kedua mataku, tanpa kata, tanpa seikat bunga juga tanpa puisi. Itulah ekpresi cintanya kepadaku, dia yang telah memilihku, ekspresi sederhana, bahkan bagi sebagian orang mungkin tiada makna, namun bagiku itu istimewa, karena seperti itulah dia.
Saat hari pertama aku bersamanya, dia berikan aku setangkai bunga, sebait puisi yang dia ciptakan sendiri, tak lupa lantunan sebuah lagu nan romantis dia hadiahkan sebagai pelengkap ekspresi cintanya. Jangan tanya bagaimana perasaanku, Aku sangat bahagia, bahkan aku ingin dia melakukannya setiap hari untukku, seperti itulah dia yang telah memilihku, dia istimewa.
Saat hari pertama aku bersamanya, dia sangat pemalu, bahasa tubuhnya kaku, senyum pun jarang terhias dari bibirnya. Tapi diam-diam dia memperhatikanku. Meskipun aku berharap dia merengkuh pundakku dan membisikkan seuntai puisi di telingaku, namun seperti itu saja sudah cukup bahagia buatku, itulah dia yang memilihku, dia istimewa.
Saat hari pertama aku bersamanya, dia terlihat salah tingkah, dia kadang menggandeng tanganku, merengkuh pundakku, membisikkan sesuatu di telingaku, bahkan dia juga mencubit pipiku. Aku sebenarnya malu, tingkah laku kami disaksikan banyak orang yang datang waktu itu. Aku hanya terdiam saja, hanya rona merah wajaku yang terlihat. Itulah dia, dia yang telah memilihku, dia istimewa.
Saat hari pertama aku bersamanya, dia menyediakan beragam makanan di belakang tempat duduk kami. Di kala senggang dia menyempatkan diri untuk menyuapiku, dan dia memohon dengan sangat agar aku bersedia membuka mulutku. Entah sudah berapa jenis makanan yang aku rasakan, tetap saja dia terus menyuapiku. Itulah dia, dia yang memilihku, dia istimewa.
Saat hari pertama aku bersamanya, beberapa kali cincin pemberiannya terjatuh saat dia berusaha memasukkannya di jemariku. Aku lihat tangannya bergetar dan keringatnya berkucuran. Akhirnya cincin itu berhasil menghiasi jemariku, setelah dibantu ibunya, tapi aku tetap bahagia, itulah dia yang memilihku, dia istimewa.
Apa pun ekpresinya di hari pertama saat bersamaku, semuanya sangat indah dan membahagiakan. Aku jadi tahu siapa dirinya dan bagaimana ekpresi cintanya di hari pertama bersamaku. Aku takkan bisa melupakan hingga diriku menua bersamanya.
Setelah hari itu, Aku meminta dia untuk terus mencintaiku. Meminta ekpresi cintanya untuk tak lelah menuntunku pada ketaatan pada-Nya, membangunkanku untuk turut dalam tahajjud bersamanya, selalu sabar atas segala kekuranganku, tak henti menasihatiku dalam kebaikan, dan berjanji setia bersamaku dalam menggapa jannah-Nya, hingga diri ini menua. Karena seperti itulah ekspresi cinta yang disyari`atkan oleh Sang Pemilik Cinta.
Saat hari pertama aku bersamanya, dia genggam erat jemariku, dia tatap lekat kedua mataku, tanpa kata, tanpa seikat bunga juga tanpa puisi. Itulah ekpresi cintanya kepadaku, dia yang telah memilihku, ekspresi sederhana, bahkan bagi sebagian orang mungkin tiada makna, namun bagiku itu istimewa, karena seperti itulah dia.
Saat hari pertama aku bersamanya, dia berikan aku setangkai bunga, sebait puisi yang dia ciptakan sendiri, tak lupa lantunan sebuah lagu nan romantis dia hadiahkan sebagai pelengkap ekspresi cintanya. Jangan tanya bagaimana perasaanku, Aku sangat bahagia, bahkan aku ingin dia melakukannya setiap hari untukku, seperti itulah dia yang telah memilihku, dia istimewa.
Saat hari pertama aku bersamanya, dia sangat pemalu, bahasa tubuhnya kaku, senyum pun jarang terhias dari bibirnya. Tapi diam-diam dia memperhatikanku. Meskipun aku berharap dia merengkuh pundakku dan membisikkan seuntai puisi di telingaku, namun seperti itu saja sudah cukup bahagia buatku, itulah dia yang memilihku, dia istimewa.
Saat hari pertama aku bersamanya, dia terlihat salah tingkah, dia kadang menggandeng tanganku, merengkuh pundakku, membisikkan sesuatu di telingaku, bahkan dia juga mencubit pipiku. Aku sebenarnya malu, tingkah laku kami disaksikan banyak orang yang datang waktu itu. Aku hanya terdiam saja, hanya rona merah wajaku yang terlihat. Itulah dia, dia yang telah memilihku, dia istimewa.
Saat hari pertama aku bersamanya, dia menyediakan beragam makanan di belakang tempat duduk kami. Di kala senggang dia menyempatkan diri untuk menyuapiku, dan dia memohon dengan sangat agar aku bersedia membuka mulutku. Entah sudah berapa jenis makanan yang aku rasakan, tetap saja dia terus menyuapiku. Itulah dia, dia yang memilihku, dia istimewa.
Saat hari pertama aku bersamanya, beberapa kali cincin pemberiannya terjatuh saat dia berusaha memasukkannya di jemariku. Aku lihat tangannya bergetar dan keringatnya berkucuran. Akhirnya cincin itu berhasil menghiasi jemariku, setelah dibantu ibunya, tapi aku tetap bahagia, itulah dia yang memilihku, dia istimewa.
Apa pun ekpresinya di hari pertama saat bersamaku, semuanya sangat indah dan membahagiakan. Aku jadi tahu siapa dirinya dan bagaimana ekpresi cintanya di hari pertama bersamaku. Aku takkan bisa melupakan hingga diriku menua bersamanya.
Setelah hari itu, Aku meminta dia untuk terus mencintaiku. Meminta ekpresi cintanya untuk tak lelah menuntunku pada ketaatan pada-Nya, membangunkanku untuk turut dalam tahajjud bersamanya, selalu sabar atas segala kekuranganku, tak henti menasihatiku dalam kebaikan, dan berjanji setia bersamaku dalam menggapa jannah-Nya, hingga diri ini menua. Karena seperti itulah ekspresi cinta yang disyari`atkan oleh Sang Pemilik Cinta.
wah wah.. dapet inspirasi dari mana hikma? :D
BalasHapusada dech pokoknya...
BalasHapushe"....
Hana... inspirasi dari pengantin baru na yg suka kikuk ga jelas hahaha. Jawaban yg pertama ga memuaskan ya :p
BalasHapuscieeeeee
BalasHapusSssttttt....:p
Hapus