Ayah dan Bunda, mungkin di antara kita yang beranggapan bahwa tugas Ayah hanya menafkahi keluarga. Ada juga yang beranggapan bahwa pendidikan anak hanyalah tanggung jawab Bunda. Sehingga, banyak Ayah yang menghabiskan waktunya di luar rumah untuk bekerja dan bekerja. Sepulang kerja pun, Ayah lebih banyak menghabiskan waktunya di luar rumah bersama teman-temannya. Bahkan, saat pulang Ayah tidak mau diganggu Bunda dan buah hatinya.
*0-2 Tahun
Kondisi itu berbeda dengan jika kita sudah memahami ilmu parenting. Ayah pasti langung berperan ketika buah hatinya lahir,khususnya ketika ia mulai mengenal suara. Peran Ayah pun semakin besar dengan tumbuh kembang anak. Apalagi ketika sang anak sudah mempunyai adik. Saat itu, AYAH SUDAH MEMPUNYAI IKATAN EMOSIONAL YANG KUAT DENGAN ANAK yang lebih tua untuk meminimalkan rasa cemburu. Sebab, perhatian Bunda kini lebih fokus ke adiknya yang baru lahir.
*2-4 Tahun
Mulai usia dua tahun, AYAH HARUS LEBIH SERING BERMAIN DENGAN BUAH HATI. Dalam hal ini, Rasulullah sudah menjadi contoh yang baik bagi kita.
“Rasulullah pernah beberapa kali shalat sambil menggendong cucunya, Umamah binti Zainab binti Rasulullah, Ia adalah anak dari Abu Al-‘Ash bin Rabi’. Jika berdiri, beliau menggendongnya. Jika sujud, beliau meletakkannya. Hal itu beliau lakukan saat shalat fardhu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Rasulullah juga sering bercanda dengan cucunya yang lain, Hasan dan Husein. Beliau bermain dengan mereka. Beliau mencium dan mendoakan mereka.
Abu Hurairah berkata, “Aku mendengar dan melihat Rasulullah memegang kedua tangan Hasan dan Husein. Posisi kedua kakinya berada di atas kaki Rasulullah. Lalu, beliau berkata kepadanya, ‘naiklah!’ Ia pun naik sampai kakinya berada di atas dada Rasulullah. Kemudian, Rasulullah berkata kepadanya, ‘Buka mulutmu!’ Lalu, Rasulullah menciumnya sambil berdoa, ‘Ya Allah cintailah dia. Sesungguhnya aku mencintainya.’” (HR. Bukhari)
*4 Tahun ke Atas
Kita sebagai AYAH HARUS SERING MENGAJAK ANAK BERAKTIVITAS DI LUAR RUMAH ketika ia berusia empat tahun, baik untuk shalat berjamaah maupun bersilaturahim. Hal itu sangat baik untuk menumbuhkan jiwa sosialnya. Ia akan meneladani nilai-nilai yang terlihat dari ayahnya saat berinteraksi.
(Berhubung lagi males “mikir” saya nyalin dari buku “Rumahku Madrasah Pertamaku” karya DR. Khalid Ahmad Syantut halaman 18-19)
Komentar
Posting Komentar