Langsung ke konten utama

The Real IRT #1

Istirahat siang telah usai pertanda naskah di layar komputer siap untuk diotak-atik demi hasil yang indah, enak, dan menarik dibaca para penikmat buku. Namun, nyatanya fisik belum siap untuk kembali menguras energinya meski perut sudah dipenuhi dengan sebungkus ketoprak plus es teh yang segar, dan punggung pun sudah sempat berbaring memanfaatkan sisa waktu selepas shalat Zhuhur tadi.
“Mungkin para ibu yang bekerja di rumah enak ya, siang-siang begini bisa tidur membersamai anak-anaknya. Tidak perlu berlelah-lelah mengumpulkan rupiah. Tugasnya hanya mengurus suami, anak, dan rumah. Puas dari tidur, tinggal memandikan anak-anak, dan persiapan menyambut suami pulang dari menjemput rezeki. Ooh, indahnya...” Sepintas pikiran tersebut keluar dalam benak saya.
Lamunan tersebut lalu saya abaikan sambil membuka-buka file perusahaan yang ternyata tema kali ini mendukung pengandaian saya baru saja. Di sana dijelaskan tentang perempuan yang berkarier dari rumah. Pada dasarnya, hukum perempuan berkarier, baik dilakukan dari rumah maupun di luar rumah, adalah mubah yang artinya tidak wajib, tidak terpuji, tidak pula tercela. Namun, hukum asal ini dapat berubah mengikuti kondisi yang menyertai pekerjaan tersebut. Hukum bekerja dari rumah mengikuti hukum bekerja secara umum, yakni wajib, sunnah, mubah, makruh, dan haram. Masing-masing dari kelima hukum tersebut tergantung dari keterdesakan dibutuhkannya perempuan di sebuah profesi, manfaat dari jenis pekerjaan, manfaat dari hasil pekerjan, keamanan dan keselamatan, izin dari suami, dan lain sebagainya. *diambil dari buku “Muslimah Sukses Tanpa Stress” terbitan Gema Insani Press*
Saya, yang kala itu memang sudah proses menuju menikah dan sudah menyiapkan surat pengunduran diri dari perusahaan semakin teguh untuk menjadi ‘penunggu’ rumah suami setelah status berubah menjadi seorang istri, terutama saat sudah dikaruniai amanah oleh Allah SWT nantinya.
Singkat cerita, setelah akad nikah mengguncang langit dan saya serta suami resmi menjadi pasangan, alhamdulillah sebulan kemudian dipercaya oleh Allah SWT untuk menjadi calon orang tua, dan sekarang saatnya pembuktian lamunan saya kala itu. Benarkah apa yang saya andai-andaikan kala itu????

-Bersambung-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pesan Dokter Cinta

Jangan rusak kebahagiaanmu dengan rasa cemas. Jangan rusak akalmu dengan kepesimisan. Jangan rusak keberhasilanmu dengan kepongahan. Jangan rusak harimu dengan melihat hari kemarin. Kalau kamu perhatikan kondisi dirimu, kamu pasti menemukan bahwa Allah telah memberimu segala sesuatu tanpa kamu minta. Oleh karena itu, yakinlah bahwa Allah tidak akan menghalangi dirimu dari kebutuhan yang kamu inginkan, kecuali di balik keterhalangan itu ada kebaikan. Barangkali saja kamu sedang tertidur pulas, sementara pintu-pintu langit diketuk puluhan doa yang ditujukan untukmu, yang berasal dari fakir/miskin yang kamu bantu atau orang sedih yang kamu hibur, atau dari orang lewat yang kamu senyum kepadanya, atau orang orang dalam kesempitan yang kamu lapangi. Maka jangan sekali-kali memandang kecil segala perbuatan baik untuk selamanya. _Ibnu Qayyim al-Jauziyah

Sejuta Warna Cinta

Ketika cinta bersaksi atas dua insan yang saling membangun cinta, beragam warna dan cerita menghiasi lembar hidup keduanya. Saat hari pertama aku bersamanya, dia genggam erat jemariku, dia tatap lekat kedua mataku, tanpa kata, tanpa seikat bunga juga tanpa puisi. Itulah ekpresi cintanya kepadaku, dia yang telah memilihku, ekspresi sederhana, bahkan bagi sebagian orang mungkin tiada makna, namun bagiku itu istimewa, karena seperti itulah dia. Saat hari pertama aku bersamanya, dia berikan aku setangkai bunga, sebait puisi yang dia ciptakan sendiri, tak lupa lantunan sebuah lagu nan romantis dia hadiahkan sebagai pelengkap ekspresi cintanya. Jangan tanya bagaimana perasaanku, Aku sangat bahagia, bahkan aku ingin dia melakukannya setiap hari untukku, seperti itulah dia yang telah memilihku, dia istimewa. Saat hari pertama aku bersamanya, dia sangat pemalu, bahasa tubuhnya kaku, senyum pun jarang terhias dari bibirnya. Tapi diam-diam dia memperhatikanku. Meskipun aku berharap dia mere...

Resensi Buku "Seberapa Berani Anda Membela Islam"

Judul : Seberapa Berani Anda Membela Islam Penulis : Na’im Yusuf Tebal Buku : 288 Halaman Penerbit : Maghfirah Pustaka Tahun Terbit : 2016 Orang-orang yang beriman harus sadar bahwa kebaikan dan kejahatan, kebenaran dan kebatilan akan selalu bertentangan. Untuk itu, dibutuhkan orang-orang yang beriman yang menyadari posisinya. Demikianlah juga dengan keteguhan hati, jihad, dan kekuatan jiwa harus dimiliki agar kita sebagai umat Islam bisa melepaskan diri dari konspirasi yang telah dirancang untuk menghancurkan Muslim dan membasmi asas ajaran Islam dari akar-akarnya. Kemuliaan yang sebenarnya, yakni jika keberanian bersemayam dalam diri seorang Muslim, yang mana ia akan menolak kehidupan yang hina, tidak mau dilecehkan dan direndahakn dalam keadaan apa pun. Melalui buku yang berisi 13 karakter pemberani ini, penulis menguraikan dengan rinci mengenai ciri-ciri seorang pemberani, bagaimana agar menjadi pemberani, bentuk-bentuk keberanian, dan tantangan yang harus dihadapi par...