Langsung ke konten utama

TIPS MENGGUNAKAN BUKU BERKERTAS TIPIS


Hai, Buk... kaliankah yang sedang berkeinginan agar si kecil tidak mudah merobek buku-buku tipis yang jenis kertasnya tipis? Kalo iya, yuk, simak pengalamanku selama sekitar 2,5 tahun ini bergelut dengan jenis buku yang harganya ramah di kantong itu. Tapi, sebelumya saya mau cerita dulu yaa. Yang sudah bosen boleh berhenti sampai sini, tapi sayang ga sih, bukannya buibuk tipe orang yang pantang menghentikan sesuatu yang telah kita mulai sebelum kelar? Wkwkwkwwk. Berangkat dari kondisi kantong yang masih pas-pasan sejak Rafif (2,5 th) bayi saya sudah mengenalkan buku-buku tipis. Hehe karena saat itu masih beraat sekali untuk membeli buku-buku tebel atau lebih dikenal dengan boardbook yang harga satu setnya aduhai. Namun, saya juga tidak memungkiri buku-buku itu sungguh bagus isi dan kondisi fisiknya. Tahan lama jugak. Ingin hanyalah ingin, daripada saya stress menuntut diri untuk memiliki buku-buku bergengsi itu, nekatlah saya dan suami mulai membeli buku buat Rafif demi terlahirlah generasi yang literasi sehingga ia tumbuh sebagai pemuda cerdas, bijak, dan berpengetahuan luas. Ok, kayaknya udah kepanjangan, langsung aja ya...
1. Bacakan Buku Sejak Dini
Bayi lho yaa... sejak si ibu sudah pulih dari sindrom melahirkan, entah itu penyesuaian waktu, proses penyembuhan, atau hal-hal lainnya. Karena yang jelas saat kita membacakan buku sepengalaman saya mood kita kudu dalam keadaan baik. Ga mungkin saat kondisi jiwa lagi kurang baik pasti ekspresi kita kurang natural, mau dibikin kayak gimana pun akhirnya si anak kurang menikmati. Ini sih pengalaman saya, karena sebagai ibu rata-rata saya pasti atau bahkan sering (astagfirullah) naik turun moodnya.
2. Kenalkan Buku Bantal
Satu atau dua buku cukuplah, karena buku jenis ini cukup aman untuk diruwes-ruwes bayi, ga akan sobek. Selain harganya terjangkau, kualitas dan isinya juga ok, gambar-gambarnya menarik. Pas banget buat mengajarkan anak cinta baca sejak dini.
3. Izinkan Anak Menyobek Kertas
Ini nih yang agak berat, tapi berhubung rak buku kami mudah dijangkau Rafif, dia kami biarkan mengeksplorasi rak buku sepuasnya. Mau diobrak abrik kayak gimana monggo, yang penting sediakan spot buku-buku berwarna di rak tersebut, nanti si anak akan tertarik ke sana dan kemudiaaaan... menyobek-nyobek kertasnya. Asalkan kita arahkan kertas yang mana yang boleh disobekin, meski aslinya sayang banget. Rafif saya sediain majalah-majalah loakan dan tabloid anak. Selain bagus untuk merangsang otak anak, si anak juga akan terlatih untuk sering berinteraksi dengan buku. Di Bagian ini kuncinya sabar dan selalu dampingin anak. Ga mungkin kan kita rela buku-buku kesayangan kita direnggut olehnya? Alhamdulillah sejauh ini buku-buku saya dan suami aman. Ya kalo hanya sobek dikit atau sampulnya dikit mah termaafkan, meskipun entah sudah berapa puluh lembar kertas yang ia sobek-sobek ahahaha. Perhatikan ya, jangan sampai kertasnya tertelan, meskipun ada mitos yang beredar kalo kita nelan kertas buku/Al-Qur’an bakal jadi pinter :D
4. Ajak Anak Membaca Buku Tipis Langsung
Pada bagian ini izinkan anak untuk membolak-balik sendiri. Kita juga harus mendampingi dia dan sering-sering diingatkan untuk menjaga buku tersebut. Beri alasan kenapa gaboleh merusaknya. Buku yang sebaiknya dibaca full gambar dan warna ya, Buk.
5. Ikut Sertakan Anak Menyampul Buku
Agar buku lebih awet dan sampulnya lebih terjaga sebaiknya diberi sampul. Ajak anak dalam aktvitas menyampul buku tersebut, sabar dikit lah kalo dia ngerecokin, tapi nanti anak akan mengerti kenapa buku disampul dan terbiasa merawat buku. Rafif senang sekali saya ikutkan di aktivitas ini. Sampul yang saya pakai jenis sampul mika tebal, belinya gulungan aja biar lebih hemat dan fleksibel dengan ukuran buku berapa pun.
6. Contohi Anak Merawat Buku dengan Baik
Berhubung Rafif banyak banget buku-buku tipisnya, dan namanya masih anak-anak pastilah dia sengaja atau tanpa sengaja merobek kertas, maka ketika dia melakukannya hal yang langsung saya lakukan adalah menempelnya kembali dengan lakban bening. So, kita harus sedia lakban bening di rumah. Selotif juga boleh. Sabar ya, Buk.. ntar lama-lama si anak juga bakal tobat. Ajakin dia untuk mbenerin itu buku sambil diberi interupsi biar ga hobbi nyobekin kertas penting.
7. Ajak Anak ke Toko Buku
Ga harus toko buku besar, yang penting si anak terbiasa jalan ke toko buku, bukan melulu di taman bermain. Kenalkan ke anak bahwa main ke toko buku juga termasuk jalan-jalan yang menyenangkan. Rafif kami ajak ke toko buku sejak dia berusia sekitar enam bulan masih dalam gendongan. Saya ajak dia ke bagian buku anak dan beri penjelasan banyak hal tentang toko buku dan buku yang kami lihat. Alhamdulillah sampai sekarang dia girang banget kalo mau diajak ke toko buku bahkan bisa ngekepin buku yang pengen banget dia beli. Beri dia kesempatan untuk memilih buku yang dia minati ya, Buk, tanpa mengenyampingkan buku yang hendak dia beli penuh edukasi dan syukur-syukur bernilai islami. Jadwalkan ya sebulan atau dua bulan sekali.
8. Konsisten Membacakan Buku dan Ajak Anak Bercerita Kembali
Kerja sama dengan Paksu ya, Buk, untuk rutin membacakan buku tiap hari ke anak. Minimal sepuluh menit sehari. Nanti anak akan ketagihan dan meminta kita bacain buku setiap harinya. Buku-buku yang dibacakan sebaiknya yang penuh nilai kebaikan karena dengan membacakan cerita secara tidak langsung kita sedang menasihati si anak dan diri kita sendiri. Setelah selesai membaca beri kesempatan anak bercerita kembali atau kita beri pertanyaan tentang isi buku. Ini berlaku untuk anak yang sudah bisa bicara ya, Buk. Boleh juga kalo si anak belum lancar bicara kita yang nanya dan menjawab sendiri pertanyaan. Karena otak anak tetap akan menyerap apa yang kita katakan. Sering membacakan buku juga salah satu cara melatih anak untuk lebih cepat bisa bicar, lhoo.
Sekian tips dari saya, seorang ibuk beranak satu yang sedang belajar membangun cinta literasi pada anak. Semoga bermanfaat. Salam Literasi.
Oh ya, yang mau berbagi pengalaman boleh lho komen buat saya belajar juga.

Hikmatul Aini Maftukhah

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku "Seberapa Berani Anda Membela Islam"

Judul : Seberapa Berani Anda Membela Islam Penulis : Na’im Yusuf Tebal Buku : 288 Halaman Penerbit : Maghfirah Pustaka Tahun Terbit : 2016 Orang-orang yang beriman harus sadar bahwa kebaikan dan kejahatan, kebenaran dan kebatilan akan selalu bertentangan. Untuk itu, dibutuhkan orang-orang yang beriman yang menyadari posisinya. Demikianlah juga dengan keteguhan hati, jihad, dan kekuatan jiwa harus dimiliki agar kita sebagai umat Islam bisa melepaskan diri dari konspirasi yang telah dirancang untuk menghancurkan Muslim dan membasmi asas ajaran Islam dari akar-akarnya. Kemuliaan yang sebenarnya, yakni jika keberanian bersemayam dalam diri seorang Muslim, yang mana ia akan menolak kehidupan yang hina, tidak mau dilecehkan dan direndahakn dalam keadaan apa pun. Melalui buku yang berisi 13 karakter pemberani ini, penulis menguraikan dengan rinci mengenai ciri-ciri seorang pemberani, bagaimana agar menjadi pemberani, bentuk-bentuk keberanian, dan tantangan yang harus dihadapi par

Ghirah-Cemburu karena Allah

Ghirah bukan hanya milik orang Islam yang sering dicap fanatik oleh bangsa Barat karena kebertahanannya dalam menjaga muruah pada diri, keluarga, maupun agamanya. Namun, ghirah atau syaraf (Arab) juga milik setiap jiwa manusia, bahkan masing-masing daerah atau negara memiliki istilah sendiri untuk menyebutnya. Ghirah juga milik Mahatma Gandhi—yang terkenal berpemahaman luas dan berprikemanusiaan tinggi—yang sampai bersedia melakukan apa saja untuk mencegah adik Yawaharlal Nehru, Viyaya Lakshmi Pandit, dan anaknya, Motial Gandhi, keluar dari agama Hindu. Ghirah atau cemburu ada dua macam, yakni terhadap perempuan dan agama. Jika adik perempuanmu diganggu orang lain, lalu orang itu kamu pukul, pertanda padamu masih ada ghirah. Jika agamamu, nabimu, dan kitabmu dihina, kamu berdiam diri saja, jelaslah ghirah telah hilang dari dirimu. Jika ghirah atau siri—dalam bahasa orang Bugis, Makassar, Mandar, dan Toraja—tidak dimiliki lagi oleh bangsa Indonesia, niscaya bangsa ini akan mudah dijaj

Cahaya Hikmah DwiNA

Aku yang harus pergi lebih dulu dari kalian. Doa terbaik mengiringi kepergianku nanti untuk kalian sahabat yang selalu ada untukku. Kalian rekan yang paling mengerti sekaligus kakak yang pandai memperlakukanku penuh cinta. Suatu saat aku akan rindu suasana ini. Suatu pagi aku akan mengenang masa menyambut mentari dalam balutan kasih dan panggilan lembut untuk menghadap-Nya bersama kalian. Keriuhan menjelang keberangkatan kita ke kantor, kebersamaan kita ke kantor, kepulangan kita dari kantor, kelezatan menikmati makan malam yang selalu ala kadarnya yang penting tidak lapar dan bahagia (ini lebay) hingga keautisan kita mengurus diri masing-masing selepas Isya adalah memori yang mungkin akan susah hilang nantinya. Ratih yang ‘gila’ sekali dengan buku dan menghabiskan waktu malamnya di kamar untuk membaca buku atau menonton film kesukaannya, siap-siap saja sepulang dari kantor tidak ada lagi teman yang membersamaimu membeli sayur dan lauk apa yang akan kalian santap untuk makan malam da