Langsung ke konten utama

Cahaya Hikmah DwiNA

Aku yang harus pergi lebih dulu dari kalian. Doa terbaik mengiringi kepergianku nanti untuk kalian sahabat yang selalu ada untukku. Kalian rekan yang paling mengerti sekaligus kakak yang pandai memperlakukanku penuh cinta. Suatu saat aku akan rindu suasana ini. Suatu pagi aku akan mengenang masa menyambut mentari dalam balutan kasih dan panggilan lembut untuk menghadap-Nya bersama kalian.
Keriuhan menjelang keberangkatan kita ke kantor, kebersamaan kita ke kantor, kepulangan kita dari kantor, kelezatan menikmati makan malam yang selalu ala kadarnya yang penting tidak lapar dan bahagia (ini lebay) hingga keautisan kita mengurus diri masing-masing selepas Isya adalah memori yang mungkin akan susah hilang nantinya.
Ratih yang ‘gila’ sekali dengan buku dan menghabiskan waktu malamnya di kamar untuk membaca buku atau menonton film kesukaannya, siap-siap saja sepulang dari kantor tidak ada lagi teman yang membersamaimu membeli sayur dan lauk apa yang akan kalian santap untuk makan malam dan esok hari ya (nanti Mbak Dwi bakal ngegantiin aku kok). Mbak Dwi yang kreatif dan kuat banget dengan begadangnya demi orderan kerjaan dan kesetiaannya dengan perusahaan, jangan kangenin aku yang selalu mengganggu kenyenyakan tidurmu ya. Jangan mimpi bakal ngejailin aku karena aku sudah jauh darimu nanti (kalo ini sedih).
Untuk kalian gadis yang selalu diusik ketenangannya oleh cucian dan setrikaan baju, kapan ya aku bisa merasakan hiruk pikuk dalam rangkaian kemalasan antri mencuci dan menyetrika lagi bersama kalian? Waktu makan malam yang biasanya kita isi dengan sharing (bahasa keren dari ngobrol) setelah aku pergi nanti bakal asik dan seru lagi ga ya? (over pede).
Ratih yang rajin banget mengepel rumah dan Mbak Dwi yang hobbi banget memasak masakan yang lain dari biasanya (ex: seblak, goreng nasi, otak-otak, cilok, dll), aku titip cinta untuk Jihan ya. Kalo nanti dia main ke mes, katakan padanya bahwa aku senang sempat tinggal bersamanya meski hanya 3 bulan. Keberadaannya menjadi pelengkapku karena saat itu aku layaknya anak tengah yang memiliki seorang kakak dan seorang adik sebelum kedatangan Ratih.
Oh iya, berkat Jihan juga kita ‘bisa’ masak, lho. Hikmahnya, kita jadi lebih irit dan semangat belajar memasak, meskipun alat dan bahannya terbatas. Semoga mimpi kalian (kita) selama ini untuk memiliki lemari es tercapai ya.. biar bisa memasak daging dan menyimpan sayur-sayuran agar tetap segar. Kalian masih inget kan gimana sedihnya setelah kompornya dibawa pulang oleh Jihan? Untung kalian langsung inisiatif beli lagi sehingga kita bisa menikmati lagi tumis-tumisan dan tempe goreng menu khas kita yang tiap hari gitu-gitu aja (hahahaha #bersyukur).
Kenangan beberapa hari lalu tentang pecahnya gayung dan wajan yang mengeluarkan asap karena kecerobohanku, bisa jadi akan menjadi cerita yang membikin perut kita kaku karena tertawa terpingkal memutar kenangan kejadian itu. Entah kenapa setiap hal yang terjadi setiap harinya selalu menjadi hal unik yang menghibur teman-teman di kantor. Mereka saja tertawa apalagi kita yang menjalaninya? (hahahahaa).
Masih ingat dengan kejadian Jum’at siang lalu yang kita batuk-batuk karena cilok ‘ranjau’ yang kalian bikin? Semoga itu awal sukses usaha kalian ya (Eits, jangan lupa cantumkan namaku dalam sejarah kesuksesan kalian nantinya, hehe).
Anyway, nanti sering kabar-kabar ya terutama kalau adek kecil yang di perumahan udah ga pernah nangis pagi, siang, sore, atau malem. Kasih tahu juga misal di sekitar perumahan sudah mudah ditemukan penjual sayuran dan Alfamart sehingga tidak perlu jauh-jauh lagi kalo mau hangout (maksudnya: beli sayur, bumbu, ke ATM, atau kebutuhan sehari-hari).
Last but not least, terima kasih untuk penerimaannya, perhatiannya, pengertiannya, kasih sayangnya, keusilannya, kebaikannya, kerja samanya, dan lain-lainnya yang ga bisa kusebut satu-satu tentunya.
Kalian istimewa… doa yang baik-baik untuk kalian. Ingat aku dalam setiap doa rabithah kalian yaa. Maaf untuk lisan yang tak terkendali dan sikap yang kurang mengenakan selama kita bersama. Bersyukur diberi kesempatan hidup bersama kalian. Keep contact yaaa… Aku sayang kalian karena Allah.

Sesungguhnya Engkau tahu
Bahwa hati ini telah berpadu
Berhimpun dalam naungan cinta-Mu
Bertemu dalam ketaatan
Bersatu dalam perjuangan
Menegakkan syari`at dalam kehidupan

Kuatkanlah ikatannya
Kekalkanlah cintanya
Tunjukilah jalan-jalannya
Terangilah dengan cahaya-Mu
Yang tiada pernah padam
Ya Rabbi bimbinglah kami

Lapangkanlah dada kami
Dengan karunia iman
Dan indahnya tawakal pada-Mu
Hidupkan dengan ma'rifat-Mu
Matikan dalam syahid di jalan-Mu
Engkaulah pelindung dan pembela.

*Rabithah-Izzatul Islam

(Tulisan ini sengaja ditulis untuk kalian dan memenuhi permintaan kalian, ‘teman hidup’; Mbak DwiNA dan Ratih Cahaya sebagai bentuk perpisahan kami. Fiuuuuh, akhirnya bisa selesai juga meskipun di jam kerja (Ups…), Sabtu, 22 Agustus 2015 pkl. 14.25)

Komentar

  1. Aaaaaaah.... hiks hiks,, terharu sambil senyum-senyum sendiri :")

    BalasHapus
  2. spechless.. T.T
    singkat banget ya ternyata kebersamaan kita huhuhuaaaaa
    tapi banyak momen dan pelajaran yg bisa disimpan.

    Hikma selamat menjalani fase hidup selanjutnya ya..

    thanks for knowing you all..

    @ratih : kamu nulis juga dong. nanti aku juga nulis ah..

    BalasHapus
  3. Kalian jangan nangis dooong... aku kan jadi bahagia (lhoh?)

    Makasih juga ya girls, seminggu ini baik-baiklah sama aku :p

    Iya, Mbak Dwi... Makasih ya :)
    Ayo ditunggu kisah kocaknya di blog kalian. Sebelum aku pulang udah harus ada ya :)

    BalasHapus
  4. Nih ukhti kisahku
    http://www.dwinasign.com/2015/08/oh-ternyata-begini-kehidupan-kost-akhwat.html

    Kocak gak ukhti? wkwkwk

    BalasHapus
  5. Asik dah... 'ukhti'. Mbak, aku ketawa ga henti-henti :D
    Tulisannya bagus :')

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku "Seberapa Berani Anda Membela Islam"

Judul : Seberapa Berani Anda Membela Islam Penulis : Na’im Yusuf Tebal Buku : 288 Halaman Penerbit : Maghfirah Pustaka Tahun Terbit : 2016 Orang-orang yang beriman harus sadar bahwa kebaikan dan kejahatan, kebenaran dan kebatilan akan selalu bertentangan. Untuk itu, dibutuhkan orang-orang yang beriman yang menyadari posisinya. Demikianlah juga dengan keteguhan hati, jihad, dan kekuatan jiwa harus dimiliki agar kita sebagai umat Islam bisa melepaskan diri dari konspirasi yang telah dirancang untuk menghancurkan Muslim dan membasmi asas ajaran Islam dari akar-akarnya. Kemuliaan yang sebenarnya, yakni jika keberanian bersemayam dalam diri seorang Muslim, yang mana ia akan menolak kehidupan yang hina, tidak mau dilecehkan dan direndahakn dalam keadaan apa pun. Melalui buku yang berisi 13 karakter pemberani ini, penulis menguraikan dengan rinci mengenai ciri-ciri seorang pemberani, bagaimana agar menjadi pemberani, bentuk-bentuk keberanian, dan tantangan yang harus dihadapi par

Ghirah-Cemburu karena Allah

Ghirah bukan hanya milik orang Islam yang sering dicap fanatik oleh bangsa Barat karena kebertahanannya dalam menjaga muruah pada diri, keluarga, maupun agamanya. Namun, ghirah atau syaraf (Arab) juga milik setiap jiwa manusia, bahkan masing-masing daerah atau negara memiliki istilah sendiri untuk menyebutnya. Ghirah juga milik Mahatma Gandhi—yang terkenal berpemahaman luas dan berprikemanusiaan tinggi—yang sampai bersedia melakukan apa saja untuk mencegah adik Yawaharlal Nehru, Viyaya Lakshmi Pandit, dan anaknya, Motial Gandhi, keluar dari agama Hindu. Ghirah atau cemburu ada dua macam, yakni terhadap perempuan dan agama. Jika adik perempuanmu diganggu orang lain, lalu orang itu kamu pukul, pertanda padamu masih ada ghirah. Jika agamamu, nabimu, dan kitabmu dihina, kamu berdiam diri saja, jelaslah ghirah telah hilang dari dirimu. Jika ghirah atau siri—dalam bahasa orang Bugis, Makassar, Mandar, dan Toraja—tidak dimiliki lagi oleh bangsa Indonesia, niscaya bangsa ini akan mudah dijaj