Langsung ke konten utama

Mas



Mungkin kalian semua heran saat mendengar seorang adik yang memanggil nama kakaknya hanya dengan sebutan nama. Jangankan kamu, aku saja heran. Bukan hanya heran, sebel malah. Dan orang pertama yang pantas untuk disebeli adalah diriku sendiri. Kata ‘mas’ yang seharusnya aku sematkan di depan nama panggilannya itu tidak berlaku bagi diriku. Tidak seperti kedua adikku, aku memanggil kakakku hanya dengan nama panggilannya. Malu sih jelas, sedih sih iya, apalagi ga enak hati. Jelas ga enak banget.
Untung saja masku (ciye mas... hehe) tak pernah komplain dengan kekurangajaranku itu. Dia biasa saja lho padahal. Begitulah kehidupan, saat orang yang bersangkutan merasa santai dan tidak ribet dengan urusan sendiri, tapi malah justru orang lain yang ‘rempong’. Wajar sih, sebenarnya bukan apa-apa. Kata mbah, bapak, ibuk, pakdhe, budhe, om, bulik, dan siapapun itu apa yang sudah menjadi kebiasanku itu memang tidak wajar di keluarga kami dan orang Jawa. Hanya aku yang membangkang (membangkang dalam hal ini gapapa kali ya? :D). “Ora sopan, ndhuk” begitu kata mereka. Hanya senyuman dan alasan klasik yang selalu aku lontarkan saat mereka memintaku untuk memanggilnya dengan panggilan ‘mas’ dari dulu hingga kini.
Semakin dewasa semakin ke sini, ternyata malu sendiri dengan kecuekanku itu. Nasihat-nasihat dari orang-orang terdekatku saat aku masih di rumah, sekarang kembali aku dapatkan di tanah rantau ini. Semua temanku memanggil kakaknya dengan penuh kasih sayang, mulai dari mas, abang, kakak, abang, aa’, apa pun itu. Saatnya menyesal, kenapa aku merasa bodo amat saat itu? Maaf, terima kasih untuk semua yang sudah menyadarkanku. Sebenarnya tanpa panggilan ‘mas’ pun kita tetap bisa dekat dengan kakak kita, kok.. meski kadang memang tidak enak jika didengar orang lain. Tapi bukan berarti kelakuanku itu tidak mencerminkan rasa sayangku padanya atau hormat padanya. Hormat banget malah. Sayangnya juga sayang banget. Biar bagaimanapun juga, dia lebih tua dari kita sih. Saat ini aku sedang berproses dengan panggilan khas orang jawa itu, meski masih dalam bentuk sms, telepon, atau media lain, walau jika bertemu langsung belum bisa. Masih kikuk (hehe). Satu hal yang membuatku sedikit tersentil dengan ucapan salah seorang teman “Terus kalo adek kamu memanggilmu tanpa embel-embel ‘mbak’ kamu marah ga?” “Marah sih ga, tapi kesel” dan aku baru sadar ternyata aku egois. Tanpa sebutan ‘mbak’ saja aku ngerasa tidak dihormati, apalagi masku yang sejak dulu aku perlakukan seperti itu. Untung masku bukan tipe seperti itu. Huaaa, aku sayang kamu mas... maaf atas kekurangajaran adekmu yang superngeyel ini.
Satu pesan untuk kalian: Bagaimanapun mereka, kakak kalian adalah sosok yang harus tetap kamu hormati. Memanggilnya dengan sebutan mas, bang, a’, ataupun lainnya ternyata cukup membuatnya bangga mempunyai adik seperti kalian J
#Random

Pondok Jasmine, 05122013_23.18

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pesan Dokter Cinta

Jangan rusak kebahagiaanmu dengan rasa cemas. Jangan rusak akalmu dengan kepesimisan. Jangan rusak keberhasilanmu dengan kepongahan. Jangan rusak harimu dengan melihat hari kemarin. Kalau kamu perhatikan kondisi dirimu, kamu pasti menemukan bahwa Allah telah memberimu segala sesuatu tanpa kamu minta. Oleh karena itu, yakinlah bahwa Allah tidak akan menghalangi dirimu dari kebutuhan yang kamu inginkan, kecuali di balik keterhalangan itu ada kebaikan. Barangkali saja kamu sedang tertidur pulas, sementara pintu-pintu langit diketuk puluhan doa yang ditujukan untukmu, yang berasal dari fakir/miskin yang kamu bantu atau orang sedih yang kamu hibur, atau dari orang lewat yang kamu senyum kepadanya, atau orang orang dalam kesempitan yang kamu lapangi. Maka jangan sekali-kali memandang kecil segala perbuatan baik untuk selamanya. _Ibnu Qayyim al-Jauziyah

Sejuta Warna Cinta

Ketika cinta bersaksi atas dua insan yang saling membangun cinta, beragam warna dan cerita menghiasi lembar hidup keduanya. Saat hari pertama aku bersamanya, dia genggam erat jemariku, dia tatap lekat kedua mataku, tanpa kata, tanpa seikat bunga juga tanpa puisi. Itulah ekpresi cintanya kepadaku, dia yang telah memilihku, ekspresi sederhana, bahkan bagi sebagian orang mungkin tiada makna, namun bagiku itu istimewa, karena seperti itulah dia. Saat hari pertama aku bersamanya, dia berikan aku setangkai bunga, sebait puisi yang dia ciptakan sendiri, tak lupa lantunan sebuah lagu nan romantis dia hadiahkan sebagai pelengkap ekspresi cintanya. Jangan tanya bagaimana perasaanku, Aku sangat bahagia, bahkan aku ingin dia melakukannya setiap hari untukku, seperti itulah dia yang telah memilihku, dia istimewa. Saat hari pertama aku bersamanya, dia sangat pemalu, bahasa tubuhnya kaku, senyum pun jarang terhias dari bibirnya. Tapi diam-diam dia memperhatikanku. Meskipun aku berharap dia mere...

Resensi Buku "Seberapa Berani Anda Membela Islam"

Judul : Seberapa Berani Anda Membela Islam Penulis : Na’im Yusuf Tebal Buku : 288 Halaman Penerbit : Maghfirah Pustaka Tahun Terbit : 2016 Orang-orang yang beriman harus sadar bahwa kebaikan dan kejahatan, kebenaran dan kebatilan akan selalu bertentangan. Untuk itu, dibutuhkan orang-orang yang beriman yang menyadari posisinya. Demikianlah juga dengan keteguhan hati, jihad, dan kekuatan jiwa harus dimiliki agar kita sebagai umat Islam bisa melepaskan diri dari konspirasi yang telah dirancang untuk menghancurkan Muslim dan membasmi asas ajaran Islam dari akar-akarnya. Kemuliaan yang sebenarnya, yakni jika keberanian bersemayam dalam diri seorang Muslim, yang mana ia akan menolak kehidupan yang hina, tidak mau dilecehkan dan direndahakn dalam keadaan apa pun. Melalui buku yang berisi 13 karakter pemberani ini, penulis menguraikan dengan rinci mengenai ciri-ciri seorang pemberani, bagaimana agar menjadi pemberani, bentuk-bentuk keberanian, dan tantangan yang harus dihadapi par...