Langsung ke konten utama

Berbeda, Meski Sama Diciptakan

Mentari, bolehkah aku sejenak berbicara padamu?

Engkau itu sama seperti diriku, diciptakan oleh Dia Sang Pemilik Alam Semesta.

Tapi kita berbeda, meski kita sama diciptakan.
Setiap hari engkau tak pernah lelah memberi, sinar berjuta guna darimu selalu kau pancarkan.
Sedang aku, kadang di kala pagi sudah mengeluh,
jangankan untuk berbagi, mengurus diri aku kadang merasa sungkan.

Tapi kita berbeda, meski kita sama diciptakan.
Engkau selalu bersinar indah di pagi hari, dinanti milyaran orang, bahkan jutaan lainnya menantimu dari puncak-puncak terindah di belahan dunia.
Sedang aku, di pagi pun seringkali melangkah tanpa senyum, tanpa sapa, dan tanpa kesyukuran.

Tapi kita berbeda, meski kita sama diciptakan.
Tak hanya pagimu yang indah, akhir harimu pun juga sangat indah. Di antara lelahmu, masih engkau hadirkan sinar kuning keemasan yang dinikmati milyaran orang dan jutaan orang di tepian pantai.
Sedang aku, hanya wajah letih, kuyu, dan langkah gontai yang terhias di diri.

Tapi kita berbeda, meski sama diciptakan.
Saat terik sinarmu sangat panas, banyak orang memarahimu, tapi engkau tak pernah berhenti bersinar.
Sedang aku, seringkali hanya ucapan sepele dari orang lain, tersinggung dan merendahkan diri.

Tapi kita berbeda, meski sama diciptakan.
Engkau tak pernah lalai dari kewajibanmu, tak ada cerita mentari berhenti bersinar, meski keberadaanmu abadi sepanjang masa.
Sedang aku, masih saja lalai akan kewajibanku,
meskipun aku tahu hidupku tak akan kekal, dan esok atau lusa aku tak melihat sinarmu lagi.

Tapi kita berbeda, meski sama diciptakan.
Harusnya aku malu padamu, engkau tak pernah lelah apalagi menyerah.
Tak pernah marah meski kadang dianggap membuat susah.
Tak pernah letih memberi, meski hidupmu kekal abadi.

Wahai Sang Pencipta,
Aku tahu mengapa Engkau hadirkan Mentari setiap hari, agar aku banyak belajar darinya.

Mentari, aku tahu, masih saja kita berbeda, meski sama diciptakan.
Karena itu, jangan pernah berhenti untuk mengajariku.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pesan Dokter Cinta

Jangan rusak kebahagiaanmu dengan rasa cemas. Jangan rusak akalmu dengan kepesimisan. Jangan rusak keberhasilanmu dengan kepongahan. Jangan rusak harimu dengan melihat hari kemarin. Kalau kamu perhatikan kondisi dirimu, kamu pasti menemukan bahwa Allah telah memberimu segala sesuatu tanpa kamu minta. Oleh karena itu, yakinlah bahwa Allah tidak akan menghalangi dirimu dari kebutuhan yang kamu inginkan, kecuali di balik keterhalangan itu ada kebaikan. Barangkali saja kamu sedang tertidur pulas, sementara pintu-pintu langit diketuk puluhan doa yang ditujukan untukmu, yang berasal dari fakir/miskin yang kamu bantu atau orang sedih yang kamu hibur, atau dari orang lewat yang kamu senyum kepadanya, atau orang orang dalam kesempitan yang kamu lapangi. Maka jangan sekali-kali memandang kecil segala perbuatan baik untuk selamanya. _Ibnu Qayyim al-Jauziyah

Sejuta Warna Cinta

Ketika cinta bersaksi atas dua insan yang saling membangun cinta, beragam warna dan cerita menghiasi lembar hidup keduanya. Saat hari pertama aku bersamanya, dia genggam erat jemariku, dia tatap lekat kedua mataku, tanpa kata, tanpa seikat bunga juga tanpa puisi. Itulah ekpresi cintanya kepadaku, dia yang telah memilihku, ekspresi sederhana, bahkan bagi sebagian orang mungkin tiada makna, namun bagiku itu istimewa, karena seperti itulah dia. Saat hari pertama aku bersamanya, dia berikan aku setangkai bunga, sebait puisi yang dia ciptakan sendiri, tak lupa lantunan sebuah lagu nan romantis dia hadiahkan sebagai pelengkap ekspresi cintanya. Jangan tanya bagaimana perasaanku, Aku sangat bahagia, bahkan aku ingin dia melakukannya setiap hari untukku, seperti itulah dia yang telah memilihku, dia istimewa. Saat hari pertama aku bersamanya, dia sangat pemalu, bahasa tubuhnya kaku, senyum pun jarang terhias dari bibirnya. Tapi diam-diam dia memperhatikanku. Meskipun aku berharap dia mere...

Resensi Buku "Seberapa Berani Anda Membela Islam"

Judul : Seberapa Berani Anda Membela Islam Penulis : Na’im Yusuf Tebal Buku : 288 Halaman Penerbit : Maghfirah Pustaka Tahun Terbit : 2016 Orang-orang yang beriman harus sadar bahwa kebaikan dan kejahatan, kebenaran dan kebatilan akan selalu bertentangan. Untuk itu, dibutuhkan orang-orang yang beriman yang menyadari posisinya. Demikianlah juga dengan keteguhan hati, jihad, dan kekuatan jiwa harus dimiliki agar kita sebagai umat Islam bisa melepaskan diri dari konspirasi yang telah dirancang untuk menghancurkan Muslim dan membasmi asas ajaran Islam dari akar-akarnya. Kemuliaan yang sebenarnya, yakni jika keberanian bersemayam dalam diri seorang Muslim, yang mana ia akan menolak kehidupan yang hina, tidak mau dilecehkan dan direndahakn dalam keadaan apa pun. Melalui buku yang berisi 13 karakter pemberani ini, penulis menguraikan dengan rinci mengenai ciri-ciri seorang pemberani, bagaimana agar menjadi pemberani, bentuk-bentuk keberanian, dan tantangan yang harus dihadapi par...